Jogja Network
Di bawah sorotan lampu megah Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senin malam (21/7), Timnas Indonesia U-23 bermain imbang tanpa gol melawan Malaysia dalam laga terakhir Grup A Piala AFF U-23 2025.
Meski skor kacamata ini cukup membawa Indonesia melaju ke semifinal sebagai juara grup dengan tujuh poin, tapi di balik euforia itu, ada satu lubang besar yang terasa: absennya sosok Arkhan Fikri.
Tak banyak kata yang perlu dijelaskan: tanpa Arkhan, lini tengah Garuda Muda kehilangan ruh. Anak muda ini bukan sekadar gelandang; tetapi juga konduktor di orkestra permainan. Sejak awal diumumkan absen karena masalah kebugaran, suasana sudah berubah. Pelatih Gerald Vanenburg tampak berhati-hati. Ia tidak ingin membuka terlalu banyak soal kondisi Arkhan. Hanya menyebut bahwa ada beberapa pemain yang perlu penanganan khusus.
Baca juga: Indonesia Pulangkan Malaysia Lebih Awal, Tiket Semifinal di Genggaman
Namun di lapangan, fakta berbicara. Duet Robi Darwis, Toni Firmansyah, dan Rayhan Hannan yang mengisi tengah mencoba menambal peran Arkhan. Tapi kreativitas itu seperti disimpan di bangku cadangan. Dominasi 67% penguasaan bola tak berbuah apa-apa. Umpan-umpan panjang tak bersambut. Serangan seperti mengalir tanpa arah. “Tanpa Arkhan Fikri, Timnas kayak kehilangan GPS,” tulis seorang netizen di platform X. Ada benarnya.
Jalannya Laga: Derbi Penuh Tegangan
Duel ini bertajuk “Derbi Nusantara”, dan seperti biasanya, emosi selalu hadir di antara dua saudara yang berbeda bendera ini. Malaysia membuka ancaman lebih dulu lewat sepakan keras Azim menit ke-24, namun Cahya Supriadi tampil tenang. Garuda Muda pun mencoba merespons lewat pergerakan cepat Jens Raven dan Victor Dethan di sisi sayap. Sayangnya, penyelesaian akhir kembali jadi masalah.

Zulhilmi Bin Sharani, kiper Malaysia, tampil seperti tembok. Tiga tembakan Indonesia ia amankan dengan penuh keyakinan. Menit ke-90, tensi memuncak. Hokky Caraka mendapat kartu kuning setelah menabrak Zulhilmi dalam perebutan bola udara. Deru suporter membelah malam. Tapi gol tak kunjung datang.
Semifinal Menanti, Menunggu Kejutan
Meski hasil imbang ini cukup membawa Indonesia melangkah ke semifinal bersama Filipina (yang menang 2-0 atas Brunei), kekhawatiran justru bertambah. Manajer tim, Ahmed Zaki Iskandar, dengan nada singkat mengatakan, “Belum bisa (bermain),” saat ditanya soal peluang Arkhan tampil di semifinal Jumat nanti (25/7).
Baca juga: Indonesia U-23 Tantang Filipina di Piala AFF 2025
Dan di titik ini, kekosongan itu mulai terasa lebih serius. Siapa yang bisa isi posisi Arkhan? Toni? Achmad Syarif Maulana? Atau ada kejutan dari bangku cadangan? Dalam suasana penuh harap, Vanenburg mencoba tegar. “Kami tak kebobolan selama fase grup. Malaysia bermain disiplin, dan kami juga punya peluang. Tapi memang, kami belum cukup tajam,” ucapnya dengan nada reflektif.
Tugas Besar di Depan Mata
Indonesia kini menanti siapa lawan di semifinal. Vietnam dan Thailand jadi dua nama yang mengintai. Dua tim yang tak hanya kuat, tapi juga disiplin dan efisien. Dengan atau tanpa Arkhan, Garuda Muda tak bisa lagi bermain setengah hati.
Malam itu, meski langit GBK tak dihiasi kembang api kemenangan, para pemain tetap meninggalkan lapangan dengan kepala tegak. Tapi di dalam benak mereka, satu pertanyaan terus menggaung: “Tanpa Arkhan, apakah kita cukup siap mengangkat trofi?”
Tentu saja, doa dan dukungan rakyat Indonesia akan terus mengalir. Tapi sepakbola tak bisa hanya diserahkan pada harap dan haru. Kini waktunya kerja keras, strategi matang, dan keberanian untuk mengambil risiko — bahkan bila itu artinya memberi panggung pada bintang baru.