Pengakuan Palestina Oleh Eropa Guncang AS dan Israel

jogjanetwork.id 28 Juli 2025

Ketika suara-suara nurani menggema dari berbagai penjuru Eropa, satu per satu negara dengan tegas menyatakan: “Kami mengakui Negara Palestina.” Dunia perlahan mulai membuka mata, menanggalkan kepentingan geopolitik semata, dan menyambut keadilan bagi bangsa yang telah puluhan tahun dirampas haknya.

Baca juga: Inggris-Prancis Akui Palestina, Trump Dukung Pembantaian?

Langkah berani ini dipelopori oleh Prancis, disusul oleh Irlandia, Norwegia, Spanyol, Slovenia, dan kini beberapa negara lain sedang mempertimbangkan untuk mengikuti. Tindakan simbolik ini bukan sekadar pernyataan diplomatik biasa. Ia adalah tamparan moral bagi hegemoni Amerika Serikat dan Israel yang selama ini mengabaikan penderitaan rakyat Palestina atas nama keamanan dan geopolitik.

Profesor Dafri Agus Salim, Guru Besar Hubungan Internasional dari Universitas Gadjah Mada, dalam wawancara eksklusif bersama JogjaNetwork.id, menyatakan:

“Dampak pengakuan Prancis terhadap Palestina bisa sangat besar. Negara-negara Eropa lain bisa mengikuti langkah ini, dan ini akan menambah tekanan internasional terhadap Israel dan Amerika Serikat. Dukungan dunia terhadap solusi dua negara makin menguat, dan ini membuka peluang diplomasi baru yang lebih adil untuk Palestina.”

Pernyataan ini memperlihatkan bahwa dunia telah memasuki fase baru dalam peta diplomasi internasional, di mana nurani kemanusiaan perlahan menembus tembok-tembok kekuasaan yang selama ini dibangun oleh lobi dan kekuatan militer.

Baca juga: Gaza Dibantai dan Dunia Memilih Bungkam

Kegelisahan di Washington dan Tel Aviv

Di balik diplomasi terbuka, tekanan publik di Eropa dan global semakin kuat. Demonstrasi pro-Palestina memadati jalan-jalan kota besar di Paris, Madrid, hingga Oslo. Kini, bukan hanya dunia Islam yang menyerukan kemerdekaan Palestina, tetapi juga suara hati dari warga sipil Eropa yang jenuh dengan standar ganda Barat.

READ  Italia, Spanyol dan Yunani Kawal Armada Sumud Global

Amerika Serikat, yang selama ini menjadi pelindung utama Israel, terlihat mulai goyah. Retorika Biden yang menekankan “hak Israel untuk membela diri” kini terdengar usang di telinga generasi muda yang lebih melek informasi. Di dalam negeri, gelombang protes dan kampus-kampus besar AS mendesak agar pemerintahnya tidak lagi menjadi sponsor kekerasan atas nama sekutu.

Israel sendiri kini mulai merasakan isolasi diplomatik yang nyata. Bukan hanya di PBB, tetapi juga di berbagai forum multilateral, tekanan terhadap agresi militer di Gaza dan pendudukan di Tepi Barat semakin keras.

Momentum Keadilan yang Tak Bisa Dibendung

Gelombang pengakuan terhadap Palestina bukanlah hasil lobi-lobi elitis. Ini lahir dari keteguhan moral rakyat dunia yang menyaksikan penderitaan Palestina secara langsung lewat media sosial, siaran langsung, dan kesaksian warga sipil. Ini adalah era ketika suara rakyat mampu menekan kursi kekuasaan.

Sebagaimana disebut oleh Profesor Dafri Agus Salim, pengakuan terhadap Palestina bukan hanya langkah diplomasi, tapi juga penguatan legitimasi moral yang dapat menjadi batu loncatan menuju keadilan internasional yang lebih luas.

Kini, saatnya dunia Islam dan masyarakat global yang cinta damai menjaga momentum ini. Jangan biarkan langkah berani beberapa negara Eropa menjadi hanya catatan sejarah sesaat. Tekanan harus dijaga, diplomasi harus diperkuat, dan perjuangan rakyat Palestina harus terus digaungkan—bukan sebagai isu agama semata, tapi sebagai simbol perlawanan terhadap kolonialisme dan ketidakadilan.

2 tanggapan untuk “Pengakuan Palestina Oleh Eropa Guncang AS dan Israel

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *