Poros Damai vs Poros Genosida: Gaza Jadi Medan Uji Nurani

Jogjanetwork.id 30 Juli 2025

Krisis kemanusiaan yang memburuk di Gaza kini menyeret dunia dalam dua kutub tajam yang semakin nyata. Dunia internasional seakan terbelah dalam dua poros utama. Masing-masing poros membawa pendekatan yang berbeda terhadap solusi atas genosida berkepanjangan yang dilakukan Israel terhadap rakyat Palestina.

Baca juga : Gaza Dibantai dan Dunia Memilih Bungkam

Poros Perdamaian: Eropa dan Dunia Arab Moderat

Poros pertama dipimpin oleh negara-negara Eropa seperti Perancis, Inggris, Spanyol, dan sedikitnya 15 negara Eropa lainnya yang kini secara aktif mendorong solusi damai untuk mengakhiri kekerasan brutal di Gaza. Langkah mereka cukup mengejutkan karena kali ini mereka tidak berjalan sendiri. Dukungan datang dari negara-negara utama Arab: Arab Saudi, Qatar, dan Mesir, yang selama ini cenderung berhati-hati atau bahkan diam dalam menyikapi agresi Israel.

Poros ini mengecam keras kekerasan di Gaza, menuntut dihentikannya genosida yang dilakukan oleh Israel, dan menyerukan solusi dua negara sebagai jalan damai yang paling realistis. Dalam deklarasi bersama yang diinisiasi di Paris, poros ini juga menyerukan hal yang mengejutkan: agar Hamas melucuti senjatanya dan menyerahkannya kepada Otoritas Palestina (PA) sebagai satu-satunya entitas resmi dalam kepemimpinan Palestina.

Baca juga: Pengakuan Palestina Oleh Eropa Guncang AS dan Israel

Langkah ini sekaligus menunjukkan pergeseran signifikan dari negara-negara Arab seperti Saudi, Qatar, dan Mesir terhadap Hamas. Selama bertahun-tahun, hubungan negara-negara ini dengan Hamas bersifat ambigu. Qatar pernah dituduh memberi dukungan finansial tidak langsung, sedangkan Mesir kerap menjadi mediator dalam konflik. Namun kini, pernyataan eksplisit agar Hamas menyerah pada PA menunjukkan bahwa dukungan politik Arab terhadap Hamas mulai menurun drastis, terutama sejak organisasi tersebut terus terlibat dalam konflik bersenjata yang tak kunjung berujung pada perdamaian.

READ  Gaza Dibantai dan Dunia Memilih Bungkam

Baca juga: Israel dan Amerika Terpojok di Tengah Tekanan Global

Poros Penindasan: Amerika dan Israel

Berhadapan dengan poros ini, berdiri tegas Amerika Serikat dan Israel, yang tetap bersikeras menolak pengakuan terhadap Negara Palestina. Keduanya terus menggunakan narasi yang menyalahkan Hamas sebagai aktor tunggal kekerasan, tanpa memberi ruang pada konteks penjajahan, blokade, dan kejahatan perang yang dilakukan Israel sejak bertahun-tahun lalu.

Israel dan AS menuntut pelucutan total senjata Hamas, namun bukan untuk diberikan pada Otoritas Palestina, melainkan agar pengelolaan Gaza diserahkan sepenuhnya kepada Israel, atau dijadikan “wilayah modern” yang sepenuhnya dikontrol dan dirancang sesuai model Amerika. Dengan kata lain, penguasaan wilayah, bukan kemerdekaan Palestina, yang menjadi tujuan akhir dari poros ini.

Langkah ini dinilai banyak pihak sebagai bentuk standar ganda klasik dari Washington dan Tel Aviv. Mereka mendukung pelucutan Hamas—yang juga disuarakan dalam pertemuan Paris—namun tidak menggunakan momentum ini untuk mengakui kemerdekaan Palestina. Sebaliknya, mereka menjadikan konsensus tersebut sebagai pembenaran atas pendudukan dan kontrol sepihak terhadap Gaza, bukan sebagai jalan menuju kemerdekaan Palestina.

Pertarungan Moral Dunia: Siapa di Pihak Damai, Siapa di Pihak Penindas?

Dua poros ini tidak hanya menggambarkan perbedaan strategi geopolitik, tapi menelanjangi orientasi moral masing-masing blok dunia. Eropa dan negara-negara Arab moderat tampaknya mulai menyadari bahwa perdamaian sejati hanya mungkin jika Palestina diakui sebagai negara berdaulat, dan kekerasan diakhiri dari kedua pihak. Sedangkan AS dan Israel, tetap mempertahankan posisi hegemoniknya, menggunakan segala narasi untuk mempertahankan dominasi dan menolak pengakuan terhadap Palestina.

Langkah negara-negara Arab yang menyerukan agar Hamas menyerah pada Otoritas Palestina juga menunjukkan bahwa dukungan politik dan simbolik terhadap Hamas telah melemah, mungkin sebagai konsekuensi dari kegagalan diplomatik Hamas, serta tekanan dari komunitas internasional yang menuntut pemerintahan yang lebih kredibel dan representatif bagi rakyat Palestina.

READ  Gelombang Protes Gen Z Porak Porandakan Nepal

Namun, ada kekhawatiran yang tak bisa diabaikan: Israel dan Amerika bisa memanfaatkan pernyataan Paris—khususnya soal pelucutan Hamas—sebagai dalih melanjutkan penindasan dan pendudukan, tanpa komitmen sedikit pun terhadap pendirian negara Palestina.

Dunia Menyaksikan: Jalan Damai atau Jalan Genosida

Kini dunia menyaksikan dua jalur yang bisa ditempuh: jalur damai yang mensyaratkan pengakuan dan penghormatan terhadap Palestina sebagai negara merdeka, atau jalur kekerasan sistemik yang terus dijustifikasi oleh narasi keamanan sepihak.

Apakah komunitas internasional akan bersatu untuk menegakkan keadilan dan perdamaian? Atau akan kembali menjadi penonton bisu dari tragedi yang terus berulang?

Hanya waktu yang akan menjawab. Tapi sejarah akan mencatat: siapa yang sungguh-sungguh mengupayakan perdamaian, dan siapa yang bersembunyi di balik diplomasi sambil terus melanggengkan genosida.

Satu tanggapan untuk “Poros Damai vs Poros Genosida: Gaza Jadi Medan Uji Nurani

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *