111 Tahun Al Irsyad: Pendidikan Yang Membebaskan

Di usianya yang ke-111 pada 6 September 2025, Al Irsyad Al Islamiyyah berdiri bagai pohon tua yang kokoh, akarnya menjulang dalam, namun dahannya tetap hijau, merangkul angin perubahan. Secara biologis, usia ini mungkin terlihat renta, tetapi dalam denyut peradaban, 111 tahun adalah usia matang—usia di mana jiwa perjuangan telah terasah, nilai-nilai luhur telah mengkristal, dan semangat untuk terus bertumbuh kian membara. Dalam relung hati Al Irsyad, ada getar semangat yang tak pernah padam, sebuah panggilan untuk membebaskan, mencerahkan, dan mengantarkan manusia menuju cahaya kebenaran.

Baca juga: Al Irsyad: Sampaikan Dorongan Moral untuk Presiden Prabowo

Warisan Surkati: Pencerahan dari Hati ke Hati

Di balik nama Al Irsyad, ada sosok Syaikh Ahmad Surkati, seorang pejuang yang menyalakan pelita di tengah kegelapan. Hatinya berdenyut dengan visi besar: pendidikan dan sosial sebagai jalan menuju kebebasan sejati. Pendidikan yang digagasnya bukan sekadar transfer ilmu, melainkan sebuah perjalanan batin—sebuah transformasi yang membawa jiwa dari lorong kelam menuju sinar pengetahuan.

Surkati, terinspirasi oleh gagasan Muhammad Abduh dari Mesir, merajut pendidikan yang tak hanya mengasah akal, tetapi juga membeningkan hati dan meneguhkan moral. Pendidikan ibarat pelukan hangat bagi jiwa-jiwa yang terbelenggu, ajakan untuk melangkah keluar dari kungkungan dogma, kepasrahan, dan zona nyaman yang membius pikiran.

Dalam setiap langkah perjuangannya, Surkati menanam benih keberanian. Ia melihat belenggu-belenggu pikiran yang diciptakan penjajah—dogma agama yang direkayasa, memberi iming-iming candu keindahan masa depan. Dengan pendidikan yang membebaskan, ia mengajak umat Islam untuk bangkit, untuk menolak kebodohan yang disengaja, dan untuk menemukan kembali kekuatan batin mereka. Pendidikan bagi Surkati adalah jembatan menuju cahaya, sebuah proses suci yang mengantarkan manusia pada kesadaran akan dirinya sendiri, akan hakikat kebebasan, dan akan tanggung jawab moral terhadap sesama.

READ  Reformasi Polri Dan Kesehatan Mental Anggota

Pendidikan yang Membebaskan: Cahaya bagi Jiwa

Pendidikan yang dirancang Surkati adalah cermin jiwa yang jernih. Ia tidak hanya berbicara tentang kecerdasan intelektual, tetapi juga tentang kepekaan hati—kecerdasan moral dan etik yang menjadikan manusia utuh. Di dalamnya, ada semangat untuk melepaskan belenggu-belenggu yang membelenggu pikiran: belenggu dogma yang membatasi, belenggu kepasrahan yang melumpuhkan, dan belenggu kenyamanan yang menjebak manusia dalam dangkalnya pemikiran. Pendidikan ini adalah panggilan untuk bergerak, untuk menembus kabut kebodohan, dan untuk menemukan keberanian di dalam diri.

Di era Surkati dan Muhammad Abduh, belenggu itu hadir dalam wujud dogma agama yang dimanipulasi penjajah. Rakyat dijajah bukan hanya tanahnya, tetapi juga jiwanya—diberi candu harapan kosong. Surkati, dengan hati yang penuh api perjuangan, mengubah semua itu. Ia membawa pendidikan sebagai obor yang menerangi hati, membebaskan umat dari kebodohan yang sengaja dipelihara, dan mengajak mereka untuk bangkit sebagai manusia yang sadar, berdaya, dan bermartabat.

Tantangan di Era Digital: Belenggu Modern dalam Jiwa

Kini, di era teknologi informasi dan revolusi digital, Al Irsyad dihadapkan pada tantangan baru. Dunia telah berubah, namun esensi perjuangan Surkati tetap relevan. Di tengah gemerlap layar dan derasnya arus informasi, muncul belenggu-belenggu modern: bid’ah, khurafat, dan takhayul yang kini berbalut kemasan digital. Revolusi wifi telah melahirkan disruption—sebuah gelombang yang mengguncang cara manusia memahami dunia, namun juga membuat banyak jiwa tersesat dalam labirin informasi. Manusia modern, di tengah kecanggihan teknologi, justru sering kali gagap memahami dirinya sendiri. Mereka menjadi pengguna pasif, terjebak dalam arus informasi yang tak jarang menyesatkan, bahkan menjadi korban penyalahgunaan data, hoaks, dan manipulasi pikiran.

Baca juga: Balita Jadi Zombie Digital, Orang Tua Malah Tertawa

READ  Komite Reformasi Polri: Pemerintah Ajak Mahfud MD

Belenggu modern ini hadir dalam bentuk yang lebih licin. Ada candu scrolling tanpa akhir, ada ilusi kebahagiaan dari likes dan pengakuan maya, ada dogma-dogma baru yang tersembunyi di balik algoritma. Jiwa manusia modern terombang-ambing, kehilangan arah, dan lupa akan hakikat kebebasan sejati. Di sinilah Al Irsyad, sebagai pewaris semangat Surkati, dipanggil untuk kembali menyalakan pelita. Pendidikan yang membebaskan harus terus hidup—bukan hanya di ruang-ruang kelas, tetapi juga di ruang-ruang batin, di hati setiap individu yang merindukan kebenaran.

Menyalakan Kembali Pelita Hati

Di usia 111 tahun, Al Irsyad bukan sekadar organisasi, tetapi sebuah gerakan jiwa. Banyak pihak berharap pengurus dan anggota Al Irsyad mampu merawat warisan Surkati, menghidupkan kembali pendidikan yang membebaskan, yang mampu menembus kabut belenggu era digital. Pendidikan ini harus menjadi kompas bagi jiwa-jiwa yang tersesat, menjadi cermin bagi mereka yang lupa akan hakikat dirinya, dan menjadi obor bagi mereka yang ingin melangkah menuju cahaya.

Di tengah tantangan bid’ah modern, khurafat digital, dan takhayul yang terselubung, Al Irsyad harus menjadi pelopor kebangkitan batin. Pendidikan yang membebaskan harus mampu mengajak manusia untuk tidak hanya menjadi pengguna teknologi, tetapi juga pengelola jiwa yang sadar dan kritis. Hanya dengan begitu, Al Irsyad dapat terus menjadi pelita yang menerangi, menuntun umat menuju kebebasan sejati—kebebasan untuk berpikir, berhati nurani, dan berjuang demi kebaikan bersama.

Al Irsyad di usia 111 tahun adalah cerminan perjuangan yang tak pernah usai. Di dalam hatinya, ada denyut semangat Surkati yang terus memanggil: bebaskan jiwa, terangi hati, dan antarkan umat menuju cahaya. Di era digital yang penuh godaan dan belenggu baru, Al Irsyad harus tetap setia pada misi sucinya—menjadi pelita yang tak pernah padam, menuntun manusia untuk menemukan kembali hakikat kebebasan, kebenaran, dan kemanusiaan. Semoga Al Irsyad terus hidup, bukan hanya dalam usia, tetapi dalam getar hati yang menginspirasi dunia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *