Bukan Dalang, Tapi Penjilat: Masalah Terbesar Indonesia

jogjanetwork.id 28 Juli 2025

Di tengah riuh gaduh republik yang makin mirip sinetron tanpa akhir—isu “Indonesia Gelap”, tudingan “dalang”, ijazah palsu, hingga #KaburAjaDulu—muncullah satu suara waras dari akademisi Suparman Marzuki. Ini bukan kisah superhero. Ini kisah kelam para intelektual penjilat, yang saking panjangnya lidah mereka, mungkin bisa disewakan untuk mengepel lantai.

Baca juga: Di Balik Tirai Gelap Republik: Siapa yang Memainkan Api?

Presiden Prabowo tampak geram. Katanya, gerakan “Indonesia Gelap” didanai koruptor. Sebentar, ini gerakan mahasiswa lho, bukan lomba antarkampung. Sementara mantan Presiden Jokowi tidak mau kalah: ada “orang besar” di balik isu ijazah palsu. Wah, yang disebut “besar” ini belum tentu tubuhnya, bisa jadi nafsunya.

Tapi tunggu dulu. Di tengah adu tuding antar elite ini, Suparman Marzuki justru membidik sesuatu yang lebih dalam: penyakit akut bernama penjilat.

Dalam dialog dengan jogjanetwork.id Suparman berpendapat, “Kita punya problem ekonomi, politik, hukum, moral. Tapi yang paling berbahaya itu para penjilat! Yang otaknya sudah dicolok kabel kekuasaan, lidahnya bukan lagi untuk bicara kebenaran, tapi untuk menjilat ke mana angin bertiup. Jilat sana, jilat sini, asal dapat kursi dan amplop berseri.”

Lebih menyedihkan lagi, katanya, penjilat ini bukan tukang parkir atau penjual cilok. Tapi akademisi! Dosen, peneliti, mantan aktivis, bekas NGO. Orang-orang yang dulunya kritis, kini sibuk jadi buzzer elit—menghalalkan apapun demi jatah proyek dan posisi komisaris. Ini bukan reformasi jilid dua, ini transformasi dari intelektual menjadi penghamba kekuasaan.

Baca juga: Jelang Putusan Tom Lembong, Mantan Ketua KY Harap Hakim Menegakkan Integritasnya

Bayangkan, mereka dulu teriak soal demokrasi, HAM, transparansi. Sekarang? Teriaknya ganti: “Siap, Pak!” sambil bawa map proposal. Dulu di barisan depan demo, sekarang barisan terdepan pencitraan. Katanya demi NKRI, padahal demi Numpang Kipas di Ruang Istana.

READ  Lembaga HAM Serukan Pembebasan Demonstran

Bukan Dalang, Tapi Penjilat yang Berbahaya

Suparman dengan tegas mengatakan, “Bukan dalang yang paling bahaya. Tapi mereka yang membersihkan comberan politik dengan lidahnya sendiri.

Sementara elite sibuk saling tunjuk dalang, rakyat cuma bisa tunjuk langit sambil bilang, “Ya Allah, ini negeri apa panggung sirkus?”

Kita disuguhi sandiwara yang tak lucu tentang Ijazah Jokowi asli atau palsu? Sudah puluhan klarifikasi, tapi publik malah makin bingung. Gerakan mahasiswa disebut disponsori koruptor, tapi tak satu pun koruptor ditangkap. Wakil Presiden terancam dimakzulkan, tapi yang sibuk malah tukang TikTok dan youtuber politik.

Semua ini menunjukkan satu hal: bukan dalang yang berbahaya, tapi para penjilat yang jadi pengeras suara kebohongan. Mereka mencemari intelektualitas, menodai keilmuan, dan merusak kepercayaan publik pada pendidikan.

Ini bukan hanya krisis moral, ini adalah kiamat kecil dunia intelektual. Negeri ini bukan kekurangan pemikir, tapi kelebihan pengemis jabatan berseragam akademik.

Di atas panggung penjilatan ini, kita menyaksikan bagaimana profesor bisa berubah jadi provokator, dan aktivis jadi aktor sinetron kekuasaan. Dan sayangnya, tiket menonton pertunjukan ini—dibayar dari pajak kita semua.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *