jogjanetwork.id 13 September 2025
Di tengah puing-puing konflik yang tak kunjung usai, sebuah cerita aneh muncul dari jalur Gaza: anggota geng motor asal Amerika Serikat, yang dikenal dengan sentimen anti-Islam mereka, kini berdiri sebagai penjaga keamanan di lokasi distribusi bantuan kemanusiaan. Investigasi mendalam dari BBC mengungkap bagaimana anggota Infidels Motorcycle Club (Infidels MC) direkrut untuk mengelola keamanan di Gaza yang dioperasikan oleh Gaza Humanitarian Foundation (GHF).
Baca juga: Gaza Dibantai dan Dunia Memilih Bungkam
Kisah ini bukan sekadar tentang transformasi peran, tapi juga tentang ironisnya perpaduan antara sejarah perang salib, politik modern, dan krisis kemanusiaan yang memburuk. Dengan gaji fantastis dan latar belakang militer, mereka hadir di Gaza—wilayah yang mereka anggap sebagai medan perang abadi. Laporan ini ditulis berdasarkan temuan BBC, sambil menyoroti implikasi yang lebih luas bagi perdamaian dan bantuan di wilayah konflik.
Latar Belakang Sejarah: Dari Veteran Perang Irak ke Geng Motor “Penjaga Salib”
Infidels MC lahir dari bara perang Irak pada 2006, didirikan oleh veteran militer Amerika yang pernah bertempur di sana. Mereka menganggap diri sebagai “penjaga salib” modern, mengadopsi simbol salib yang merujuk pada Perang Salib abad pertengahan—konflik berdarah antara Kristen dan Muslim untuk menguasai Yerusalem.
Tato anggota mereka, seperti angka “1095” yang menandai dimulainya Perang Salib Pertama, menjadi lambang identitas ini. Johnny “Taz” Mulford, pemimpin geng yang dulunya sersan Angkatan Darat AS, memiliki tato salib Perang Salib di lengannya, simbol yang bagi banyak orang mengingatkan pada pembantaian Muslim dan Yahudi di Yerusalem.
Baca juga: Ambisi Anti Kemanusiaan Trump di Gaza Terungkap
Media sosial geng ini penuh dengan konten anti-Islam: pesta panggang babi selama Ramadan, yang mereka klaim sebagai bentuk perlawanan terhadap bulan suci itu, hingga posting satir yang menyerang politisi Demokrat atas dugaan rencana melabel Alkitab sebagai ujaran kebencian. Logo mereka, tengkorak Punisher dengan tulisan “Kafir” dalam bahasa Arab, sering dikaitkan dengan kelompok supremasi kulit putih.
Sejarah ini bukan sekadar masa lalu; ia menjadi fondasi bagaimana geng ini bertransformasi dari klub motor pinggir jalan menjadi kekuatan keamanan di Gaza, wilayah yang bagi mereka adalah kelanjutan dari perang suci. Investigasi BBC mengungkap bagaimana latar belakang ini tidak menjadi penghalang, melainkan mungkin aset, dalam perekrutan mereka.
Panggilan untuk Veteran Berpengalaman dengan Gaji Menggiurkan
Perekrutan dimulai melalui postingan media sosial Mulford pada Mei lalu, mengundang veteran dengan pengalaman tempur untuk bergabung dalam misi di Gaza. Tawaran gajinya luar biasa: US$980 (sekitar Rp16,1 juta) per hari untuk staf biasa, dan US$1.580 (Rp26 juta) untuk pemimpin tim, plus biaya hidup. UG Solutions (UGS), perusahaan keamanan swasta yang mengelola keamanan bersenjata di situs GHF, merekrut setidaknya 10 anggota Infidels MC, tujuh di antaranya menduduki posisi senior.
Mulford memimpin tim secara keseluruhan, sementara Larry “J-Rod” Jarrett mengurus logistik, Bill “Saint” Siebe memimpin keamanan di salah satu dari empat “situs distribusi aman”, dan Richard “A-Tracker” Lofton memimpin tim keamanan lain. Seorang mantan karyawan memperkirakan sekitar 40 dari 320 staf UGS di Gaza berasal dari Infidels MC. Latar belakang kriminal Mulford—termasuk suap, pencurian, dan pernyataan palsu—tidak menghalangi; sebaliknya, pengalaman militernya selama 30 tahun dijadikan alasan kepercayaan. Proses ini mencerminkan bagaimana cara barbar Israel dalam menangani Gaza, di bagaimana perusahaan swasta mengisi kekosongan itu dengan figur-figur kontroversial.
Tatto Perang Salib
Transformasi Infidels MC menjadi pasukan keamanan adalah kisah adaptasi ekstrem. Di Gaza, mereka mengawasi warga Gaza dengan dukungan Israel dan Presiden AS Donald Trump. Tugas mereka termasuk menjaga ketertiban di situs-situs yang sering berubah menjadi medan kekerasan. Postingan media sosial pemimpin tim Josh Miller menunjukkan kontraktor memegang spanduk “Make Gaza Great Again“, mencerminkan afiliasi politik, sementara merchandise mereka seperti “Gaza Summer 2025” mempromosikan kekerasan—video yang menganjurkan menembak penjahat hingga tak lagi mengancam.
Tato Miller, termasuk “Crusader” dan “1095”, menegaskan identitas geng mereka tetap utuh meski dalam peran baru. Dari klub motor yang mengadakan pesta anti-Islam, mereka kini menjadi penjaga keamanan di wilayah mayoritas Muslim. Ini merupakan tindakan paling tidak masuk akal: pengalaman tempur mereka dianggap penting untuk menghadapi rakyat Gaza yang kelaparan. Namun, ironinya tak terhindarkan—simbol Perang Salib mereka bertabrakan dengan konteks kemanusiaan, memicu pertanyaan tentang netralitas dalam bantuan.
Kekerasan dan Penderitaan Warga Gaza
Situs-situs GHF telah menjadi tempat kekerasan mengerikan: hingga 2 September, Kantor Hak Asasi Manusia PBB mencatat 1.135 warga sipil tewas di dekat lokasi ini, termasuk anak-anak, perempuan, dan pria, sebagian besar oleh pasukan keamanan Israel. UGS membantah kontraktor mereka menembak warga sipil, hanya mengakui tembakan peringatan untuk membubarkan kerumunan. Tantangan utama adalah kekacauan distribusi, di mana kerumunan putus asa sering berujung bentrokan.
Interaksi dengan Hamas tidak dirinci secara langsung, tapi operasi ini didukung Israel, menempatkan mereka di sisi berlawanan dengan kelompok pejuang Palestina. GHF mengklaim tim mereka beragam untuk membangun kepercayaan dengan warga Gaza, sementara UGS menekankan pemeriksaan latar belakang ketat, mengabaikan hobi atau afiliasi pribadi. Namun, kehadiran Infidels MC memicu kritik: akan memperburuk ketegangan.
Sisi Gelap Bantuan Kemanusiaan
Edward Ahmed Mitchell, wakil direktur Council on American-Islamic Relations (CAIR), menyamakan perekrutan ini dengan “menugaskan KKK untuk bantuan di Sudan—sama sekali tidak masuk akal.” Ia menambahkan, “Ini pasti mengarah pada kekerasan, dan itulah yang telah kita saksikan di Gaza,” sambil menyoroti perayaan “1095” sebagai peringatan pembantaian Muslim dan Yahudi. Mulford memerintahkan anggotanya untuk tidak merespons BBC, tapi secara tidak sengaja membocorkan email mereka, membantu investigasi.
Dampaknya lebih luas: ini mempertanyakan etika perekrutan swasta di zona konflik, di mana simbol anti-Islam bisa merusak kepercayaan. GHF dan UGS membela diri, tapi cerita ini mengingatkan bahwa bantuan kemanusiaan tak boleh tercemar ideologi. Di Gaza, di mana setiap hari adalah perjuangan bertahan hidup, kehadiran “penjaga salib” modern ini justru memperpanjang siklus kekerasan. Investigasi BBC ini membuka mata dunia pada sisi gelap bantuan internasional