jogjanetwork.id
New York/Atina, 26 September 2025 – Armada Sumud Global (Global Sumud Flotilla/GSF), misi kemanusiaan internasional yang membawa bantuan untuk warga Gaza, kembali menjadi sasaran serangan drone di perairan internasional. Sekitar 50 kapal sipil yang membentuk armada ini dilaporkan diserang oleh 12 pesawat tanpa awak (drone) pada Rabu malam waktu setempat. Serangan itu terjadi sekitar 30 mil laut (56 km) dari Pulau Gavdos, Yunani. Tidak ada korban jiwa dilaporkan, tetapi ledakan dan gangguan komunikasi menciptakan ketegangan tinggi di antara lebih dari 500 aktivis. Para aktivis itu termasuk aktivis iklim Swedia terkenal Greta Thunberg, pengacara, dan tokoh hak asasi manusia dari 45 negara.
Baca juga: Dunia Dukung Palestina, Melawan Kebiadaban Israel
Menurut Marikaiti Stasinou, juru bicara March to Gaza Greece yang tergabung dalam armada, serangan tersebut melibatkan ledakan di sekitar kapal-kapal. Drone melemparkan objek tak dikenal dan mengganggu radio—bahkan memutar lagu-lagu ABBA sebagai bentuk operasi psikologis. “Ini adalah upaya untuk mengintimidasi kami, tapi tekad kami semakin kuat,” kata Stasinou, seperti dilaporkan oleh Reuters. Armada yang berangkat dari Barcelona pada awal September, bertujuan menerobos blokade laut Israel di Gaza sejak 2007, yang semakin ketat sejak perang dimulai pada Oktober 2023. Israel membantah keterlibatan, menyebut misi ini sebagai “provokasi yang melayani Hamas” dan menawarkan agar bantuan diserahkan melalui pelabuhan netral seperti di Israel atau Siprus.
GSF membawa muatan simbolis berupa makanan, obat-obatan, dan peralatan medis untuk mengatasi kelaparan massal di Gaza, di mana 2,4 juta penduduk menghadapi krisis kemanusiaan akut akibat blokade. Greta Thunberg, yang sebelumnya ditangkap Israel pada Juni lalu saat misi serupa, menyatakan di media sosial: “Kami adalah warga sipil tak bersenjata yang hanya ingin menyampaikan solidaritas atas penderitaan rakyat Palestina.” Serangan ini merupakan yang ketiga bulan ini, setelah insiden di Tunisia pada 9 September di mana kapal utama terbakar akibat drone, seperti dilaporkan Al Jazeera. PBB melalui pelapor khusus Francesca Albanese mendesak penyelidikan independen, menyebutnya sebagai “ancaman terhadap warga sipil tak bersenjata.”
Dukungan Eropa Menguat: Spanyol dan Italia Kirim Kapal Perang Kawal Armada
Di tengah ancaman yang terus membayangi, Eropa menunjukkan solidaritas kuat. Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez mengumumkan pada Kamis (25/9/2025) bahwa negaranya akan mengirim kapal perang ‘Furor’ dari Cartagena untuk melindungi armada, bergabung dengan Italia yang telah mengerahkan fregat angkatan laut. “Spanyol akan melindungi warganya secara diplomatik dan politik, serta siap melakukan operasi penyelamatan jika diperlukan,” kata Sanchez dalam konferensi pers di New York saat menghadiri Sidang Umum PBB, seperti dikutip Reuters dan Al Arabiya. Sanchez menekankan bahwa peserta armada berasal dari 45 negara, termasuk warga Spanyol, dan misi ini adalah bentuk solidaritas atas penderitaan Gaza.
Baca juga Pengakuan Palestina Oleh Eropa Guncang AS dan Israel:
Italia, meski pemerintahnya condong pro-Israel di bawah PM Giorgia Meloni, juga mengirim kapal perang untuk “mencegah aksi ofensif lebih lanjut,” menurut Kementerian Luar Negeri Italia. Meloni mendesak armada menyerahkan bantuan ke Gereja Katolik setempat untuk distribusi aman, tapi ditolak oleh GSF yang bersikukuh misi damai harus dilanjutkan. Yunani, sebagai tuan rumah perairan, menjamin keamanan kapal-kapal di wilayahnya. Menteri Luar Negeri Giorgos Gerapetritis menyatakan Athena telah memberi tahu Israel bahwa warga Yunani ikut serta, dan akan menjaga armada selama berada di perairan Yunani, seperti dilaporkan Al Jazeera.
Langkah Eropa ini mencerminkan pergeseran sentimen pro-Palestina di benua biru, di mana tekanan internasional terhadap Israel semakin meningkat. The Guardian menyebutnya sebagai “kemajuan signifikan” dalam menantang blokade, sementara CNN menyoroti bahwa kapal-kapal ini tak menimbulkan ancaman bagi siapa pun. Meski demikian, Israel memperingatkan konsekuensi jika armada mendekati Gaza, mengulangi insiden berdarah 2010 di kapal Mavi Marmara yang menewaskan sembilan aktivis Turki. GSF bersikeras: “Kami tidak akan mundur; ini soal hak kemanusiaan dasar.” Dengan kawalan Eropa, armada kini mendekati perairan yang lebih berbahaya, meninggalkan pertanyaan: Apakah misi damai ini akan berhasil, atau berujung eskalasi baru?
Satu tanggapan untuk “Italia, Spanyol dan Yunani Kawal Armada Sumud Global”