jogjanetwork.id 14 September 2025
Di balik tawa ceria anak-anak, terkadang tersembunyi badai emosi yang sulit dikendalikan, terutama bagi mereka yang hidup dengan Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD). Di Indonesia, diperkirakan 6-10% anak usia sekolah memiliki ADHD, kondisi yang sering membuat mereka tampak seperti “bom waktu” emosi di rumah. Dari ledakan kemarahan hingga kesulitan fokus, orang tua kerap bingung menghadapi tantangan ini. Namun, dengan pendekatan yang tepat, rumah bisa menjadi tempat aman untuk anak belajar mengelola emosi mereka.
Baca juga: Jangan Jadikan Anak Sebagai Aset Atau Investasi
Memahami Tipe ADHD pada Anak
Dalam kajian Quantum of Mind Indonesia ADHD itu beragam. Meski demikian, ada tiga tipe utama yang perlu dipahami orang tua:
- ADHD Tipe Inatentif : Anak kesulitan fokus, sering melamun, atau lupa pada detail tugas, tetapi tidak menunjukkan perilaku hiperaktif atau impulsif. Mereka mungkin tampak pendiam, namun emosi bisa meledak saat merasa kewalahan.
- ADHD Tipe Hiperaktif/Impulsif: Anak ini selalu bergerak, sulit diam, atau bertindak tanpa berpikir, seperti tiba-tiba marah saat keinginannya tidak terpenuhi. Mereka sering terlihat “terlalu bersemangat” di rumah.
- ADHD Kombinasi: Tipe paling umum, di mana anak menunjukkan campuran inatensi, hiperaktivitas, dan impulsivitas. Emosi mereka bisa fluktuatif, dari frustrasi karena sulit fokus hingga ledakan amarah karena impuls.
“Pertama orang tua perlu memahami tipe ADHD anak, karena setiap tipe ADHD membutuhkan pendekatan berbeda,” ujar Sholeh dari Quantum of Mind Indonesia (QoM). Misalnya, anak dengan tipe inatentif mungkin butuh bantuan untuk fokus, sedangkan anak hiperaktif membutuhkan cara untuk menyalurkan energi.
Cerita Nyata: Tantangan dan Harapan
Dalam praktik di QoM, ada seorang ibu, sebut saja Rina, dengan dua anak di Jogja, Arga (8 tahun), yang didiagnosis dengan ADHD Kombinasi. “Arga bisa tiba-tiba melempar mainan atau menangis keras saat disuruh mengerjakan PR. “Awalnya, saya kewalahan dan sering marah balik,” ungkap Rina. Namun, setelah berkonsultasi di QoM dan dijelaskan tentang parenting, Rina mulai menerapkan strategi yang mengubah dinamika di rumah.
Strategi Menangani Anak ADHD
Berdasarkan pengalaman di QoM, ada beberapa tips praktis untuk membantu orang tua seperti Rina mengelola emosi anak dengan ADHD:
- Puji Lebih Banyak, Kurangi Kritik
Anak dengan ADHD sering mendapat kritik, yang bisa merusak harga diri mereka. “Saya mulai memuji Arga setiap kali dia menyelesaikan tugas kecil, seperti membereskan mainan. Rasio 5 pujian berbanding 1 kritik benar-benar membantu,” kata Rina. Pujian sederhana seperti “Keren, kamu fokus banget tadi!” bisa meningkatkan motivasi anak. - Instruksi Jelas dan Sederhana
Kalimat panjang atau perintah beruntun sering membingungkan anak ADHD. “Saya belajar bilang, ‘Arga, simpan buku di meja,’ sambil menatap matanya. Kalau perlu, saya pegang bahunya pelan,” jelas Rina. Kontak mata dan sentuhan lembut membantu anak fokus pada arahan. - Gaya Hidup Sehat sebagai Fondasi
Pola makan teratur, tidur cukup (8-10 jam per malam), dan aktivitas fisik seperti bermain di taman membantu menstabilkan emosi Arga. “Saya pastikan dia minum air cukup dan makan camilan sehat seperti buah. Kalau dia lelah, emosinya lebih sulit dikontrol,” tambah Rina. - Rutinitas Harian yang Terstruktur
Rina membuat papan jadwal visual untuk Arga, lengkap dengan stiker untuk tugas seperti bangun pagi, mengerjakan PR, dan waktu tidur. “Kami pakai timer untuk sesi belajar 15 menit, lalu beri ‘brain break’ seperti lompat-lompat sebentar. Ini bikin dia lebih tenang,” ungkapnya. - Dukung Sosialisasi Anak
Anak dengan ADHD sering kesulitan menjalin pertemanan. Rina mengatur playdate mingguan dengan teman sekelas Arga. “Saya juga luangkan waktu main tanpa gadget, seperti puzzle atau sepeda bareng. Ini bikin dia merasa diperhatikan,” katanya. Interaksi positif membantu anak merasa diterima.
Pesan untuk Orang Tua
Sholeh menekankan pentingnya kesabaran dan konsistensi. “Orang tua bukan cuma pengasuh, tapi juga pelatih emosi anak. ADHD bukan halangan untuk anak berkembang, asal kita beri dukungan yang tepat,” ujarnya.
Bagi Rina, melihat Arga kini lebih tenang dan bisa tersenyum saat menyelesaikan tugas kecil adalah kemenangan besar. “Dulu rumah kami penuh drama, sekarang ada lebih banyak tawa,” tutupnya penuh harap. Dengan strategi yang tepat, badai emosi anak ADHD bisa diredakan, membawa harmoni kembali ke rumah.