Mustofa W Hasyim
Kemerdekaan telah disandera
pasar pasar pasar bawana
meja meja perundingan yang mengatasnamakan bangsa
Kemerdekaan telah digadaikan
lewat telepon jalur panas antar benua,
persilangan mistis surat elektronik yang dilindungi kode rahasia
Kemerdekaan telah dipenjara oleh kebebasan pasar baru
perdagangan yang bebas bukan perdagangan yang adil
menelikung memborgol dan meletakkan dalam sel sunyi seolah olah kemerdekaan adalah narapidana zaman yang divonis sebagai yang bersalah dan dipotret sebagai makhluk yang berwajah dungu tetapi kehadirannya sangat mengganggu kemapanan para pemodal yang merasa mampu memborong aset kebenaran hidup manusia
Kemerdekaan kini kesepian
tanpa teman
tetapi belum kalah dan tumbang
dia masih menyimpan semangat perlawanan yang dia sembunyikan di dalam sepatu bututnya.
Kemerdekaan masih mampu bernyanyi
atau menyiulkan lagu kerongcong yang romantis, Surabaya oh Surabaya, Selendang Sutera, Pahlawan Merdeka, Sepasang Mata Bola, Bandung Selatan di Waktu Malam
Ajaib, kemerdekaan mampu tertawa bangga setelah menyelesaikan lagu Kopral Jono, Pahlawan Sudirman dan lagu berbahasa Jawa, Pangeran Diponegoro
Dengan lagu lagu itu, Kemerdrkaan telah memerdekakan dirinya sendiri.
Apakah kalian beruntung mendengarnya?
Bersyukurah jika telinga batin kalian masih hidup dan memghidupkan jiwa kalian sendiri.
Yogyakarta, 12 Agustus 2025,
ketika masih ada senja yang bercanda padaku.

Mustofa W. Hasyim, penyair kelahiran Bantul, 17 November 1954. Karir menulisnya dimulai dari komunitas dan sanggar-sanggar sastra seperti Komunitas Sastra dan Teater PSK (Persada Studi Klub), Kelompok Insani Harian Masa kini Yogyakarta, .Kelompok Poci Bulungan Jakarta, Sanggar Enam Dua Jakarta, kelompok Sembilan Jakarta, dan Teater Melati Kota Gede
Satu tanggapan untuk “Memerdekakan Kemerdekaan”