Menkeu Purbaya, Baru Menjabat Sudah Lupa Diri

jogjanetwork.id 10 September 2025

Purbaya Yudhi Sadewa, nama yang kini ramai diperbincangkan, baru saja dilantik sebagai pejabat tinggi di Kementerian Keuangan. Namun, belum sepekan menjabat, pernyataannya sudah mengundang sorotan tajam. Dengan nada percaya diri yang nyaris melampaui batas, Purbaya seolah lupa bahwa kata-kata seorang pejabat bisa menjadi pedang bermata dua.

Baca juga: Reshuffle Kabinet: Prabowo Menggoyang Fondasi Warisan Jokowi

Saat menghadiri prosesi pelantikan di Istana Negara, Jakarta, Purbaya tampil dengan gestur penuh keyakinan. Ketika wartawan bertanya soal pengangkatan dirinya, ia menjawab dengan santai, “Mungkin kelihatannya saya cukup jago.” Ia menduga keterlibatannya dalam sebuah sarasehan ekonomi menjadi alasan Presiden Prabowo Subianto memilihnya. Di acara itu, Purbaya mengaku sempat memukau hadirin dengan presentasinya. Namun, pernyataan ini, terdengar lebih seperti pamer diri ketimbang rendah hati, langsung memicu alis terangkat di kalangan pengamat.

Sibuk Cari Kerja Dan Makan Enak

Belum reda kontroversi soal kepercayaan dirinya, Purbaya kembali membuat heboh. Dalam wawancara di kantor Kementerian Keuangan, Senin (8/9/2025), ia melontarkan pernyataan yang terkesan meremehkan aspirasi rakyat. Ia mengomentari aksi demonstrasi di seluruh Indonesia. Dia berpendapat tuntutan tersebut mungkin datang dari sebagian kecil masyarakat. “Tapi pada dasarnya begini. Itu, kan, suara sebagian kecil rakyat kita. Kenapa? Mungkin sebagian merasa terganggu hidupnya masih kurang, ya,” katanya.

“Once saya ciptakan pertumbuhan ekonomi 6 persen, 7 persen itu akan hilang dengan otomatis. Mereka akan sibuk cari kerja dan makan enak dibandingkan mendemo,” tambah Purbaya, merujuk pada gelombang protes yang akhir Agustus lalu terjadi di sejumlah daerah.

Pernyataan ini bukan hanya terdengar optimistis, tetapi juga sembrono. Purbaya seolah mengabaikan kompleksitas masalah ekonomi dan sosial yang mendasari ketidakpuasan masyarakat. Dengan enteng, ia menyebut tuntutan rakyat sebagai “suara sebagian kecil” yang mungkin merasa “terganggu” karena hidup mereka “masih kurang.” Nada bicaranya, yang terkesan meremehkan, seakan menegaskan bahwa ia belum memahami beratnya tanggung jawab yang kini dipikulnya.

READ  Saling Klaim Aklamasi Kubu Agus Suparmanto dan Mardiono

Belajar Dari Masa Lalu

Ironisnya, Purbaya tampaknya tidak belajar dari kasus serupa yang terjadi belum lama ini. Di akhir Agustus lalu, seorang pejabat lain juga tersandung gara-gara kata-kata yang salah kaprah, memicu kemarahan publik dan berujung pada permintaan maaf yang terlambat. Kejadian itu seharusnya menjadi pelajaran bahwa lisan seorang pejabat bukanlah sekadar kata, melainkan cerminan niat dan kepekaan terhadap rakyat yang mereka layani.

Baca juga: Dari Kata Menjadi Petaka: Ketika Pejabat Tak Jaga Mulut

Purbaya, yang baru sejenak duduk di kursi kekuasaan, tampaknya terlalu cepat terlena oleh sorotan lampu panggung. Publik kini menanti, apakah ia akan segera menyadari bahwa jabatan bukanlah panggung untuk pamer prestasi, melainkan amanah untuk mendengar dan melayani. Jika tidak, kata-katanya yang kini menjadi buah bibir bisa jadi awal dari petaka yang lebih besar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *