jogjanetwork.id 1 Agustus 2025

Presiden Prabowo Subianto kembali mengguncang panggung politik Indonesia dengan jurus pamungkasnya: abolisi untuk Tom Lembong dan amnesti untuk Hasto Kristiyanto, plus 1.116 terpidana lainnya, tepat menjelang HUT ke-80 RI. Di tengah sorotan publik yang bagaikan sinetron prime time, langkah ini bukan sekadar kebijakan hukum, melainkan drama politik kelas kakap yang penuh intrik dan pesan terselubung. Suparman Marzuki, ahli hukum dari UII, menyingkap tabir di balik aksi heroik ini: “Sejak zaman Yunani kuno, abolisi dan amnesti adalah alat politik raja-raja. Bukan soal hukum, tapi soal kekuasaan, persatuan, dan tentu saja, citra!”
Baca juga: Abolisi Tom Lembong: Kemenangan Akal Sehat
Amnesti Hasto: Korban Politik atau Investasi Masa Depan?
Pemberian amnesti kepada Hasto Kristiyanto, mantan Sekjen PDIP yang terjerat kasus suap pergantian antarwaktu DPR, bagaikan plot twist dalam novel politik. Suparman Marzuki dengan sinis berkomentar, “Hasto diampuni karena pertimbangan politik, titik. Entah dia korban konspirasi politik lawan, atau Prabowo sedang main catur untuk masa depan. Bisa jadi ini sinyal PDIP bakal diajak ngopi bareng di istana.” Publik pun bertanya-tanya: apakah ini gesture damai ke kubu banteng, atau sekadar trik untuk meredam suara oposisi yang kian nyaring? Yang jelas, Hasto kini bisa tidur nyenyak tanpa bayang-bayang jeruji, sementara netizen sibuk berspekulasi: “Ini Prabowo mau nyanyi ‘Kita Bisa Bersatu’ bareng PDIP, ya?”
Abolisi Tom Lembong: Pembersihan Dosa atau Sindiran ke Jokowi?
Sementara itu, abolisi untuk Tom Lembong, mantan Menteri Perdagangan yang tersandung kasus korupsi impor gula, bagaikan tamparan halus ke wajah politik lama. Suparman Marzuki dengan nada sarkastik mengatakan, “Prabowo seolah ingin bilang: ‘Saya bukan bagian dari sandiwara yang menjadikan Tom kambing hitam.’ Ini pesan keras bahwa dia bukan penutup jejak Jokowi.” Publik pun ramai berbisik: apakah ini upaya Prabowo menunjukkan bahwa dirinya anti-rekayasa politik ala pendahulunya? Atau sekadar manuver untuk memoles citra sebagai “pembersih” dosa-dosa politik masa lalu? Satu hal yang pasti, Tom Lembong kini bisa menikmati kopi luwak tanpa was-was, sementara warganet di X berlomba membuat meme “Prabowo: The Eraser of Political Sins.”
Baca juga: Sugito: Kebenaran Akan Menemukan Jalannya Sendiri
Menetralisir PDIP atau Menari di Atas Panggung Politik?
Pemberian abolisi dan amnesti ini tak luput dari spekulasi bahwa Prabowo sedang bermain akrobat politik untuk menyeimbangkan relasi dengan PDIP. “Menetralisir bobot politik ke PDIP? Bisa saja, dan itu wajar,” ujar Suparman, sambil menambahkan, “Politik itu seperti pasar malam: penuh trik, tapi semua orang tahu harganya.” Dengan mengampuni Hasto, Prabowo seolah mengulurkan tangan ke PDIP, partai yang pernah menjadi rival sengitnya. Sementara itu, abolisi untuk Tom Lembong bisa dianggap sebagai pukulan telak ke narasi lama bahwa korupsi adalah alat politik untuk menyingkirkan lawan. “Prabowo ingin terlihat sebagai penutup luka, tapi jangan lupa, dia juga sedang menulis naskah untuk pemilu berikutnya,” cibir seorang pengamat di X.
Sikap kenegarawanan Prabowo memang patut diacungi jempol, tapi jangan salah, panggung politik bukan tempat untuk orang lugu. Dengan abolisi dan amnesti, ia berhasil meredam gejolak, memoles citra, dan mungkin saja menyiapkan langkah politik berikutnya. Suparman Marzuki menutup dengan nada pedas, “Prabowo tahu, di politik, hukum hanyalah alat, dan citra adalah raja.” Akankah langkah ini benar-benar menyatukan bangsa, atau hanya episode baru dalam sinetron politik Indonesia? Publik menanti, sambil scroll X dan bikin meme.
Satu tanggapan untuk “Prabowo Redam Gejolak dengan Amnesti dan Abolisi”