jogjanetwork.id 9 September 2025
Gebrakan Presiden Prabowo Subianto melalui reshuffle Kabinet Merah Putih pada 8 September 2025 mengguncang tidak hanya koridor politik, tetapi juga dunia keuangan Indonesia. Pencopotan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, figur yang selama ini menjadi penjaga stabilitas fiskal, memicu guncangan hebat di pasar saham.
Baca juga: Reshuffle Kabinet: Prabowo Menggoyang Fondasi Warisan Jokowi
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek anjlok 1,28% ke level 7.766,85, dengan investor asing mencatatkan aksi jual bersih Rp526,17 miliar. Di tengah kepanikan pasar, Menteri Keuangan baru, Purbaya Yudhi Sadewa, tampil dengan nada optimis, menjanjikan sinar cerah bagi ekonomi Indonesia dalam beberapa bulan ke depan. Namun, di balik janji itu, pertanyaan besar menggantung: akankah perubahan ini membawa Indonesia ke arah yang lebih baik, atau justru memperdalam ketidakpastian?
Pasar Bergejolak Pasca-Pencopotan Sri Mulyani
Kabar pencopotan Sri Mulyani dari kursi Menteri Keuangan, yang disampaikan mendadak pada Senin siang, bagaikan petir di siang bolong bagi pelaku pasar. IHSG, yang sempat menguat 0,6% di sesi pertama perdagangan, langsung terjun bebas setelah pengumuman reshuffle. Penurunan 1,28% ke level 7.766,85 menjadi cerminan ketidakpastian investor terhadap arah kebijakan ekonomi ke depan.
“Penggantian Sri Mulyani adalah sentimen terkuat yang memicu aksi jual,” ungkap Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas Indonesia, M. Nafan Aji Gusta, sebagaimana diberitakan oleh Market Bisnis. Selama menjabat, Sri Mulyani dikenal sebagai teknokrat tangguh yang mampu menjaga disiplin fiskal, meski kebijakannya seperti kenaikan PPN 12% menuai kritik keras. Kepergiannya memunculkan spekulasi bahwa kebijakan ekonomi Prabowo akan bergeser dari pendekatan konservatif ke arah yang lebih populis, sebuah langkah yang membuat investor was-was.
Purbaya Yudhi Sadewa: Janji Cerah di Tengah Badai
Di tengah gejolak pasar, Purbaya Yudhi Sadewa, mantan Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), melangkah ke panggung sebagai Menteri Keuangan baru. Usai dilantik di Istana Negara, Jakarta Pusat, pada Senin (8/9/2025), ia langsung berbicara dengan penuh percaya diri. “Sekarang kan ekonomi sedang agak melambat. Kita sudah pelajari kelemahannya, ke depan akan kita perbaiki. Jadi itu enggak terlalu sulit memperbaikinya. Tapi Anda lihat nanti, mungkin dua bulan-tiga bulan dari sekarang, Indonesia cerah kelihatan lagi,” ujar Purbaya, seolah ingin meredakan kekhawatiran pasar.

Pernyataan ini mencerminkan optimisme, namun juga menimbulkan tanda tanya. Dengan pengalaman panjang di sektor keuangan, Purbaya diharapkan mampu merumuskan kebijakan yang tidak hanya menenangkan pasar, tetapi juga mengatasi tantangan seperti perlambatan daya beli dan meningkatnya beban utang negara. Namun, tanpa pengalaman langsung di kementerian, kemampuannya mengelola keuangan negara di bawah tekanan politik dan ekonomi global akan menjadi ujian besar.
Indonesia Cerah atau Ketidakpastian Berlanjut?
Reshuffle ini bukan sekadar pergantian nama, tetapi juga cerminan pergulatan politik dan ekonomi di awal pemerintahan Prabowo. Pasar yang bergejolak mencerminkan ketidakpastian atas arah kebijakan baru, terutama di tengah tantangan global seperti kebijakan tarif impor AS di era Donald Trump. Publik dan investor kini menanti langkah konkret Purbaya untuk membuktikan janjinya.
Apakah ia mampu mengembalikan kepercayaan pasar dalam waktu singkat, seperti yang dijanjikannya, atau justru terjebak dalam dinamika politik yang kompleks? Sementara itu, spekulasi tentang motif di balik pencopotan Sri Mulyani terus bergulir, dengan beberapa pihak menyebutnya sebagai langkah Prabowo untuk melepas pengaruh lingkaran Jokowi. Di tengah badai ini, satu hal pasti: mata dunia keuangan Indonesia kini tertuju pada Purbaya, menanti apakah “Indonesia cerah” akan menjadi kenyataan atau sekadar harapan kosong.
Satu tanggapan untuk “Reshuffle: Pasar Bergejolak, Harapan Dari Menteri Baru”